STRATEGI BELAJAR PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL
Dosen : Dra. Istihana M.Pd
Mata Kuliah : Pendidikan Islam Nonformal
DisusunOleh :
Nama :
Ani jailani : 911010021
Semester : lV
Jurusan :
PAI(C)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISALAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN
LAMPUNG 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Kesulitan Dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang
diakibatkan oleh lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa
manusia untuk mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan
yang dialaminya. Masih banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke
taraf yang memungkinkan mereka menggeluti profesi tertentu, menuntut
upaya-upaya untuk membantu mereka dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya
agar dapat bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Sejauh ini, anggran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih
terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan
masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah. Hal ini
dimaksudkan agar makin tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan
mendorong masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif di dalamnya.
Bertitik tolak dari permasalahan yang dihadapi, pendidikan luar sekolah berusaha mencari jawaban dengan menelusuri pola-pola pendidikan yang ada, seperti pesantren, dan pendidikan keagamaan lainnya yang keberadaannya sudah jauh sebelum Indonesia merdeka, bertahan hidup sampai sekarang dan dicintai, dihargai dan diminati serta berakar dalam masyarakat. Kelanggengan lembaga-lembaga tersebut karena tumbuh dan berkembang, dibiayai dan dikelola oleh dan untuk kepentingan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat merasakan adanya kebermaknaan dari program-program belajar yang disajikan bagi kehidupannya, karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata masyarakat.
Bertitik tolak dari permasalahan yang dihadapi, pendidikan luar sekolah berusaha mencari jawaban dengan menelusuri pola-pola pendidikan yang ada, seperti pesantren, dan pendidikan keagamaan lainnya yang keberadaannya sudah jauh sebelum Indonesia merdeka, bertahan hidup sampai sekarang dan dicintai, dihargai dan diminati serta berakar dalam masyarakat. Kelanggengan lembaga-lembaga tersebut karena tumbuh dan berkembang, dibiayai dan dikelola oleh dan untuk kepentingan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat merasakan adanya kebermaknaan dari program-program belajar yang disajikan bagi kehidupannya, karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata masyarakat.
Hasil kajian Tim reformasi pendidikan dalam konteks Otonomi daerah
(Fasli Jalal, Dedi Supriadi. 2001) dapat disimpulkan bahwa apabila pendidikan
luar sekolah (pendidikan nonformal) ingin melayani, dicintai, dan dicari
masyarakat, maka mereka harus berani meniru apa yang baik dari apa yang tumbuh
di masyarakat dan kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan yang sistematis
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan lingkungan
masyarakatnya. Strategi itulah yang perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan
oleh pendidikan luar sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi
masyarakat yang karena berbagai hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah. Bagi
masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup
hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka tidak mau belajar
hanya untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk mengembangkannya
melalui Pendidikan nonformal berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal
dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
STRATEGI BELAJAR PENDIDIKAN ISLAM
NONFORMAL
A. Pengertian Strategi Belajar Pada Pendidikan Islam Nonformal
Menurut Wina Senjaya 2008,
mengemukakan bahwa strategi belajar adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efesien.Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, Wina
sanjaya 2008 menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, dari strategi pada dasarnya masih bersipat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran pada pendidikan islam nonformal adalah berbagai cara atau
perencanaan yang dilakukan pengajar dengan para siswanya agar tercapai tujuan
dimana segala tindakan tersebut harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits
yang diterapkan pada proses pembelajaran
yang berlangsung diluar sekoalah (Non Formal)[1].
Dalam menerapkan strategi
pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan
pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick and
Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi pembelajaran, yakni:
a.
Kegiatan pembelajaran pendahuluan.
b.
Penyampaian informasi.
c.
Partisipasi siswa
d.
Tes, dan
e.
Kegiatan lanjutan
Dari uraian di atas dapat
dikemukakan bahwa, secara umum komponen dalam strategi pembelajaran adalah;
1.
Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2.
Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3.
Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4.
Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5.
Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
6.
Menimbulkan penampilkan siswa
7.
Memberi umpan balik
8.
Menilai penampilan
9.
Menyimpulkan.
Berdasarkan rumusan komponen
strategi pembelajaran yang dikemukakan para ahli secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi :
1.
Komponen pertama, urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran
dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat
mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
a.
Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam
pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada
siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk
menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah
dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran
singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis pelajaran baru, dan
penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
b.
Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan
belajar mengajar. Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan
baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini.
Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan
memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
c.
Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan
kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan
dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2.
Komponen kedua, metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat
memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat
untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya,
untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode
pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan
diberikan dan karakteristik siswa. Macam-macam metode pembelajaran adalah :
a)
Metode ceramah
b)
Metode pembelajaran terprogram
c)
Metode demonstrasi
d)
Metode discovery
e)
Metode simulasi
f)
Metode do-look-learn
g)
Metode diskusi
h)
Metode praktikum
i)
Metode studi mandiri
j)
Metode bermain peran
k)
Metode studi kasus dll.
3.
Komponen ketiga, media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat
berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media adalah:
a)
Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b)
Dukungan terhadap isi pelajaran
c)
Kemudahan memperoleh media
d)
Keterampilan guru dalam menggunakannya
e)
Ketersediaan waktu menggunakannya
f)
Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
4.
Komponen keempat, waktu tatap muka.
Pengajar harus tahu alokasi waktu
yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan
pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses
pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5.
Komponen kelima, pengelolaan
kelas
Kelas adalah ruangan belajar
(lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi:
ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau
alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan
sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru,
pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancer
B.
Beberapa istilah dalam strategi
pembelajaran.
Beberapa istilah yang hampir sama
dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik, atau taktik dan model dalam
pembelajaraan.[2]
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut adalah:
1.
pendekatan pembelajaran,
2.
strategi pembelajaran,
3.
metode pembelajaran;
4.
teknik pembelajaran;
5.
taktik pembelajaran; dan
6.
model pembelajaran.
Berikut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang
penggunaan istilah tersebut. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan.
2.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang
telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman
dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha, yaitu :
a.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil
(out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks
pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a.
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan
pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum
ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
1.
Exposition-discovery learning dan
2.
Group-individual learning (Rowntree dalam Wina
Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual
dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran
tertentu. Dengan kata
lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan
metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya:
1.
Ceramah
2.
Demonstrasi
3.
Diskusi
4.
Simulasi
5.
Laboratorium
6.
Pengalaman lapangan
7.
Brainstorming
8.
Debat
9.
Symposium dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke
dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat
diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi,
perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif
dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat).
Apabila antara pendekatan, strategi, metode,
teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan
yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi,
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce
Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
1.
Model interaksi sosial
2.
Model pengolahan informasi
3.
Model personal-humanistik; dan
4.
Model modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali penggunaan
istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari
masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses
pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi
pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas
pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan
suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu.[3]
Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat bergantung pada cara seorang guru dalam menggunakan metode
dalam pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran[4].
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan tentang strategi
diatas kami dapat menyimpulkan bahwa strategi dalam belajar adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien, dimana kegiatan
tersebuta sangat menujang terhadap keberhasilan pesertadidik dalam belajar dan
mempermudah mereka untuk memahami materi yang di pelajari, yang mungkin lebih spesifiknya terhadap
pembelajaran Nonformal.
Dalam strategi pembelajaran juga terkandung
makna perencanaan. Artinya, dari strategi pada dasarnya masih bersipat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran, jadi sebelum pembelajaran dilaksanakan seorang guru
harus menyusun sebuah konsep agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar
dengan dibantu dengan sarana-sarana yang menunjang dalam pendidikan nonformal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran pada pendidikan islam nonformal adalah berbagai cara atau
perencanaan yang dilakukan pengajar yang dilakukan dengan menyusun konsep
pengajaran kepada para siswanya agar tercapai tujuan dengan dibantu sarana yang
mendukung dalam pembelajaran nonformal dan juga segala tindakan tersebut harus
berdasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
diterapkan pada proses pembelajaran yang berlangsung diluar sekoalah
(Non Formal).
Bantu dengan metode-metode yang
menunjang dan relevan dalam pelaksanaan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arief
Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidiikan Islam, Ciputat Press, Jakarta.
Muhaimin,
Paradigma Pendidikan Islam, PT.
Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sudjana. 2005. Strategi
Pembelajaran. Penerbit Fallah Production, Bandung.
Winataputra
Udin S., 2003, Strategi Belajar Mengajar ,Jakarta,
Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar