Cari Blog Ini

Selasa, 28 Februari 2012


STRATEGI BELAJAR PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL
Dosen              : Dra. Istihana M.Pd
Mata Kuliah     : Pendidikan Islam Nonformal

DisusunOleh :

Nama                           :
Ani jailani                    : 911010021   
                                    Semester                      : lV
Jurusan                        : PAI(C)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISALAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN
LAMPUNG 2011



BAB I                                                                                  
PENDAHULUAN

Kesulitan Dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan oleh lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa manusia untuk mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan yang dialaminya. Masih banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke taraf yang memungkinkan mereka menggeluti profesi tertentu, menuntut upaya-upaya untuk membantu mereka dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Sejauh ini, anggran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar makin tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan mendorong masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif di dalamnya.
Bertitik tolak dari permasalahan yang dihadapi, pendidikan luar sekolah berusaha mencari jawaban dengan menelusuri pola-pola pendidikan yang ada, seperti pesantren, dan pendidikan keagamaan lainnya yang keberadaannya sudah jauh sebelum Indonesia merdeka, bertahan hidup sampai sekarang dan dicintai, dihargai dan diminati serta berakar dalam masyarakat. Kelanggengan lembaga-lembaga tersebut karena tumbuh dan berkembang, dibiayai dan dikelola oleh dan untuk kepentingan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat merasakan adanya kebermaknaan dari program-program belajar yang disajikan bagi kehidupannya, karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata masyarakat.
Hasil kajian Tim reformasi pendidikan dalam konteks Otonomi daerah (Fasli Jalal, Dedi Supriadi. 2001) dapat disimpulkan bahwa apabila pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal) ingin melayani, dicintai, dan dicari masyarakat, maka mereka harus berani meniru apa yang baik dari apa yang tumbuh di masyarakat dan kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan yang sistematis dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Strategi itulah yang perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang karena berbagai hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah. Bagi masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka tidak mau belajar hanya untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk mengembangkannya melalui Pendidikan nonformal berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat
















BAB II                                                                                     
PEMBAHASAN
STRATEGI BELAJAR PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL

A.    Pengertian Strategi Belajar Pada Pendidikan Islam Nonformal
Menurut Wina Senjaya 2008, mengemukakan bahwa strategi belajar adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, Wina sanjaya 2008 menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, dari strategi pada dasarnya masih bersipat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran pada pendidikan islam nonformal adalah berbagai cara atau perencanaan yang dilakukan pengajar dengan para siswanya agar tercapai tujuan dimana segala tindakan tersebut harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits yang  diterapkan pada proses pembelajaran yang berlangsung diluar sekoalah (Non Formal)[1].
Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi pembelajaran, yakni:
a.       Kegiatan pembelajaran pendahuluan.
b.      Penyampaian informasi.
c.        Partisipasi siswa
d.       Tes, dan
e.        Kegiatan lanjutan
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, secara umum komponen dalam strategi pembelajaran adalah;
1.      Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2.      Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3.      Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4.      Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5.      Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
6.      Menimbulkan penampilkan siswa
7.      Memberi umpan balik
8.      Menilai penampilan
9.      Menyimpulkan.
Berdasarkan rumusan komponen strategi pembelajaran yang dikemukakan para ahli secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :
1.      Komponen pertama, urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
a.       Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis pelajaran baru, dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
b.      Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
c.       Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2.      Komponen kedua, metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik siswa. Macam-macam metode pembelajaran adalah :
a)      Metode ceramah
b)      Metode pembelajaran terprogram
c)      Metode demonstrasi
d)     Metode discovery
e)      Metode simulasi
f)       Metode do-look-learn
g)      Metode diskusi
h)      Metode praktikum
i)        Metode studi mandiri
j)        Metode bermain peran
k)      Metode studi kasus dll.
3.      Komponen ketiga, media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah:
a)      Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b)      Dukungan terhadap isi pelajaran
c)      Kemudahan memperoleh media
d)     Keterampilan guru dalam menggunakannya
e)      Ketersediaan waktu menggunakannya
f)       Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
4.      Komponen keempat, waktu tatap muka.
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5.       Komponen kelima, pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancer
B.     Beberapa istilah dalam strategi pembelajaran.
Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik, atau taktik dan model dalam pembelajaraan.[2] Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut adalah:
1.      pendekatan pembelajaran,
2.      strategi pembelajaran,
3.      metode pembelajaran;
4.      teknik pembelajaran;
5.      taktik pembelajaran; dan
6.      model pembelajaran.
Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan.
2.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
a.       Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b.      Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c.       Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d.      Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a.       Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b.      Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c.       Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d.      Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
1.      Exposition-discovery learning dan
2.      Group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1.      Ceramah
2.      Demonstrasi
3.      Diskusi
4.      Simulasi
5.      Laboratorium
6.      Pengalaman lapangan
7.      Brainstorming
8.      Debat
9.      Symposium dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
1.      Model interaksi sosial
2.      Model pengolahan informasi
3.      Model personal-humanistik; dan
4.      Model modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.[3]
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat bergantung pada cara seorang guru dalam menggunakan metode dalam pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran[4].


















BAB III                                                                                  
KESIMPULAN

Dari pemaparan tentang strategi diatas kami dapat menyimpulkan bahwa strategi dalam belajar adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien, dimana kegiatan tersebuta sangat menujang terhadap keberhasilan pesertadidik dalam belajar dan mempermudah mereka untuk memahami materi yang di pelajari, yang  mungkin lebih spesifiknya terhadap pembelajaran Nonformal.
Dalam strategi pembelajaran juga terkandung makna perencanaan. Artinya, dari strategi pada dasarnya masih bersipat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran, jadi sebelum pembelajaran dilaksanakan seorang guru harus menyusun sebuah konsep agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dengan dibantu dengan sarana-sarana yang menunjang dalam pendidikan nonformal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran pada pendidikan islam nonformal adalah berbagai cara atau perencanaan yang dilakukan pengajar yang dilakukan dengan menyusun konsep pengajaran kepada para siswanya agar tercapai tujuan dengan dibantu sarana yang mendukung dalam pembelajaran nonformal dan juga segala tindakan tersebut harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits yang  diterapkan pada proses pembelajaran yang berlangsung diluar sekoalah (Non Formal).
Bantu dengan metode-metode yang menunjang dan relevan dalam pelaksanaan pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Arief Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidiikan Islam, Ciputat Press, Jakarta.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Penerbit Fallah Production, Bandung.
Winataputra Udin S., 2003, Strategi Belajar Mengajar ,Jakarta, Pusat Penerbit Universitas Terbuka.



[1]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, PT. Remaja Roada Karya, Bandung, Hlm. 93
[2]Udin S. Winataputra, 2003, Strategi Belajar Mengajar ,Jakarta, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, Hlm, 72.
[3] Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Penerbit Fallah Production.
[4]Armai Arief, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidiikan Islam, Jakarta,  Ciputat Press, Hlm, 78.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar