BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Hakikat manusia
hidup di dunia ini adalah untuk belajar. Menurut Prayugao “Belajar” merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[1] Sedangkan
menurut Oemar Hamalik, belajar adalah perubahan dalam perbuatan melalui
aktivitas, praktek dan pengalaman.[2]
Pendidikan ialah
segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.[3] Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh
keberhasilan dalam memperbaiki dan memperbaharui sektor pendidikan.[4]
Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional (UU Nomor 20 tahun 2003) yaitu :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[5]
Pembenahan pembelajaran dari segi pendekatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dalam segala bidang mata pelajaran, karena pendekatan CTL merupakan salah satu
langkah terciptanya pembelajaran yang menarik perhatian siswa, karena
pendekatan ini mengaitkan materi yang ada dengan kehidupan nyata siswa. hal
tersebut, tidak akan membuat siswa merasa jenuh dengan pembelajaran, siswa akan
lebih tertarik dan mereka akan merasa puas ketika mendapatkan materi dari
proses pembelajaran itu sendiri, karena siswa bisa mengekspresikan apa yang ada
didalam diri siswa dari pengalaman kehidupan siswa sehari-hari dan akan
tercipta kreatifitas siswa.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat pemakalah rumuskan sebagai
berikut:
1.
Bagaimanakah Pengembangan Prinsip dari Konsep Contextual
Teaching and Learning (CTL)?
2.
Bagaimanakah
Pendekatan Konsep Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam Proses Pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Sears Contextual Teaching and Learning
(CTL), merupakan suatu konsepsi (buah pikiran) mengenai kegiatan belajar dan
mengajar yang membantu para pendidik mengaitkan
isi materi pelajaran dengan keadaan dunia (sekitar kehidupan pelajar) yang
nyata, dan mendorong para peserta didik agar menciptakan jalinan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapan pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan
nyata mereka, baik sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat (warga negara).
Pembelajaran
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep
belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Landasan filosofi dari CTL adalah
konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun
pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang
mereka alami dalam kehidupannya.[6]
Menurut
Nurhadi, pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi dengan dunia nyata peserta
didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.[7]
Dalam
pembelajaran kontekstual, pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang pendidik , yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama peserta didiknya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah pembelajaran dan authentic
assessmentnya.[8]
Pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu:
a.
Constructivism
(membangun, membentuk),
b.
Questioning
(bertanya),
c.
Inquiry
(menemukan),
d.
Learning
community (masyarakat belajar),
e.
Modeling
(permodelan),
f.
Reflection
(refleksi atau umpan balik) dan
B.
Prinsip-Prinsip Contextual Teaching and Learning (CTL)
Prinsip
dasar setiap komponen utama Contextual Teaching and Learning (CTL)
sebagai berikut :
a.
Konstruktivisme,
merupakan prinsip yang menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan
pengetahuan dari pengalaman belajar yang bermakna. Peserta didik perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Pendidik
tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada peserta didik. Peserta
didik harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari
teori konstrktivitasme adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan
dan mengambil suatu informasi yang bermanfaat menjadi milik mereka sendiri
sehingga peserta didik menjadi pusat kegiatan, bukan pendidik .
Konsep
ini yang menuntut peserta didik untuk menyusun dan membangun makna atas
pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih
diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak peserta didik mendapatkan dari
atau mengingat pengetahuan
Dalam
proses pembentukan pengetahuan, baik perspektif personal maupun
perspektif sosial cultural sebenarnya sama-sama menekankan kepentingannya
keaktifan peserta didik dalam belajar, hanya yang satu lebih menekankan
keaktifan individual, sedangkan yang lain menekankan pentingnya lingkungan
sosial cultural. Tugas
pendidik adalah menfasilitasi proses
pembentukan pengetahuan dengan:
1)
Menjadikan pembelajaran bermakna dan relevan bagi peserta
didik.
2)
Memberi kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan
idenya sendiri.
3)
Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar.
Pembelajaran menekankan pemahaman sendiri secara aktif,
kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari
pengalaman belajar yang bermakna.
b.
Questioning merupakan strategi dalam pembelajaran CTL yang menekankan peserta didik
untuk mengetahui sesuatu, untuk mengarahkan peserta didik guna memperoleh
informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berfikir peserta didik.
Sehingga bisa diartikan dengan pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula
dari bertanya.
Dalam konsep ini kegiatan tanya jawab
yang dilakukan baik oleh pendidik maupun oleh peserta didik. Pertanyaan pendidik
digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir
secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir peserta didik, sedangkan
pertanyaan peserta didik merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat
diterapkan antara peserta didik dengan peserta didik, pendidik dengan peserta
didik, peserta didik dengan pendidik, atau peserta didik dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas.
Dalam pembelajaran kegiatan bertanya berguna untuk:
1)
Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik
2)
Mengecek
pemahaman peserta didik
3)
Membangkitkan
respon kepada peserta didik
4)
Mengetahui
sejauh mana keingintahuan peserta didik
5)
Mengetahui
hal-hal yang sudah diketahui peserta didik
6)
Memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu yang
dikehendaki
7)
Uuntuk membangkitkan pertanyaan dari peserta didik
8)
Untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik.
Pada semua aktivitas belajar questioning dapat
diterapkan antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik
dengan pendidik , antara pendidik dengan
peserta didik, antara peserta didik dengan orang lain yang didatangkan ke
kelas. Aktifitas bertanya juga dapat ditemukan ketika peserta didik berdiskusi,
bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, dan ketika mengamati.
c.
Inquiry adalah
komponen utama CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena,
dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang
diperoleh sendiri oleh peserta didik. Jadi pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh peserta didik berasal dari usaha peserta didik untuk menemukan
sendiri dari fakta yang dihadapinya, tidak dari hasil mengingat seperangkat
fakta. Merupakan siklus proses dalam membangun
pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya,
investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri
meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data,
kemudian disimpulkan
d.
Learning Community merupakan konsep
menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang
lain. Pembelajaran ini bisa dikemas
dalam bentuk diskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang
bervariasi.
Kelompok belajar atau komunitas yang
berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan.
Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar
serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja
dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
e.
Modeling merupakan
komponen menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu
diikuti dengan model yang bisa ditiru peserta didik. Cara pembelajaran semacam
ini akan lebih cepat dipahami peserta didik dari pada hanya bercerita atau
memberikan penjelasan kepada peserta didik tanpa ditunjukkan modelnya atau
contohnya.
Dalam konsep ini kegiatan
mendemontrasikan suatu kinerja agar peserta didik dapat mencontoh, belajr atau
melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Pendidik memberi model
tentang how to learn (cara belajar) dan pendidik bukan
satu-satunya model dapat diambil dari peserta didik berprestasi atau melalui
media cetak dan elektronik.
f.
Reflection
merupakan komponen yang terpenting dari pembelajaran CTL yaitu perenungan kembali atas pengetahuan yang baru
dipelajari. Dengan memikirkan apa saja yang baru dipelajari, menelaah dan
merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam
pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, peserta
didik akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan
pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada peserta didik agar ia bersikap
terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru. Adapun
realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari
itu, catatan dan jurnal di buku peserta didik, kesan dan saran peserta didik
mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
g.
Authentic Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar peserta
didik. Hal ini perlu diketahui pendidik
setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar peserta
didik. Sehingga penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati,
menganalisis dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses
pembelajaran peserta didik berlangsung, bukan semata-mata pada hasil
pembelajaran.
Prosedur penilaian yang menunjukkan
kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) peserta didik secara nyata.
Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu peserta
didik agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhIr
periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya
dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh peserta
didik.[10]
Kata kunci yang dapat dipakai sebagai pengingat pendidik ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran
berbasis CTL adalah sebagai berikut :
1)
Belajar pada hakikatnya adalah real-word learning,
adalah belajar dari kenyataan yang bisa diamati, dipraktikkan, dirasakan, dan
diuji coba.
2)
Belajar adalah mengutamakan pengalaman nyata, bukan pengalaman
yang hanya diangan-angankan saja, yang tidak bisa dibuktikan secara empiris.
3)
Belajar adalah berpikir tingkat tinggi.
4)
Kegiatan
pembelajaran berpusat pada peserta didik.
5)
Kegiatan
pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif, kreatif
dan kritis.
6)
Kegiatan
pembelajaran memberikan pengetahuan.[11]
C.
Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual:
a.
Pembelajaran
dilaksanakan dalam konteks autentik (learning in life setting).
b.
Pembelajaran
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas yang
bermakna (meaningful learning).
c.
Pembelajaran
dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (learning
by doing).
d.
Pembelajaran diberikan dengan kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi antar teman (learning in a group).
e.
Pembelajaran menciptakan kebersamaan, kerjasama dan
saling memahami satu sama lain secara mendalam (learning to know each other
deeply).
f.
Pembelajaran
dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning
to ask, to inquiry, to work together).
g.
Pembelajaran
dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).[12]
D. Dampak
atau Hasil Pembelajaran CTL
1)
Kerjasama.
2)
Saling
menunjang.
3)
Menyenangkan,
tidak membosankan.
4)
Belajar
dengan bergairah.
5)
Pembelajaran
terintegrasi.
6)
Menggunakan
berbagai sumber.
7)
Siswa
aktif.
8)
Sharing
dengan teman.
9)
Siswa
kritis guru kreatif.
10) Laporan kepada orang tua bukan hanya
rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan
lain-lain.[13]
Dalam
pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan
kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah- langkah pembelajaran,
dan authentic assessment-nya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru
benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama
siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program
pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
dari proses pembelajaran tersebut bahwa tujuan pendidikan
bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu
keseluruhan dan kepribadian seseorang yang berkenaan dengan seluruh aspek
kehidupan.
No.
|
CTL
|
Tradisional
|
1
|
Pemilihan informasi Berdasarkan kebutuhan siswa
|
Pemilihan informasi ditentukan oleh Peneliti
|
2
|
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
|
Siswa secara pasif menerima Informasi
|
3
|
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/
masalaha yang disimulasikan
|
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
|
4
|
Selalu mengaitkan informasi dengan pngetahuan yang
dimiliki siswa
|
Memberi tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya
diperlukan
|
5
|
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang
|
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu
|
6
|
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk
menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis,
atau mengerjaan proyek dan pemecahan masalah (melalui
kerja kelompok).
|
Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk
mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang
membosankan (melalui kerja individual).
|
7
|
Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.
|
Perilaku dibangun atas Kebisaaan
|
8
|
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
|
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
|
9
|
Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan
|
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai
(angka) rapor.
|
10
|
Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal
tersebut keliru dan merugikan.
|
Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut
akan hukuman.
|
11
|
Perilaku baik berdasarkan motivasi instrinsik.
|
Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.
|
12
|
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan
setting.
|
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas.
|
13
|
Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian
autentik.
|
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam
bentuk tes/ ujian/ ulangan.
|
Model CTL juga disebut REACT, yaitu relating (belajar
dalam kehidupan nyata), experiencing (belajar dalam konteks eksplorasi,
penemuan, dan penciptaan), applying (belajar dengan menyajikan
pengetahuan untuk kegunaannya), cooperating (belajar dalam konteks
interaksi kelompok), dan transfering (belajar dengan menggunakan
penerapan dalam konteks baru/ konteks lain).[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Contextual Teaching and Learning (CTL), merupakan suatu konsep pemikirandalam
pembelajaran yang membantu para pendidik
mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan kehidupan peserta didik
yang nyata, dan mendorong para peserta didik agar menciptakan jalinan antara
pengetahuan yang dimilikinya dan penerapan pengetahuan yang dialaminya dalam
kehidupan nyata mereka, baik untuk dirinya sendiri atau sebagai anggota
keluarga, anggota masyarakat, serta sebagai warga negara. Hal ini dilakukan
agar tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai, baik pendidikan iumum
maupun pendidikan Islam. Bahwasannya tujuan pendidikan Islam adalah manusia
mampu menunaikan tugas hidup dan kehidupannya sebagai khalifah yang sekaligus
sebagai insan yang mengabdi kepada Allah SWT dalam mewujudkan kehidupan rahmatan
lil 'alamin. Dengan kata lain manusia harus bisa hidup seimbang secara
vertikal dan horisontal. Menuntut ilmu untuk hidup di dunia dan akhirat.[16]
Tujuan juga diartikan suatu yang diharapkan tercapai
setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan Pendidikan bukanlah suatu
benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan
dan kepribadian seseorang yang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan.
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula.
Karena itu pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan,
memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang
telah dicapai.
Orang yang sudah bertaqwa dalam bentuk insan kamil masih
perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka mengembangkan dan menyempurnakan,
sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang. Meskipun
pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal.
Pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu:
a.
Constructivism
(membangun, membentuk),
b.
Questioning
(bertanya),
c.
Inquiry
(menemukan),
d.
Learning
community (masyarakat belajar),
e.
Modeling
(permodelan),
f.
Reflection
(refleksi atau umpan balik) dan
g.
Authentic
assessment (penilaian yang sebenarnya)
B.
Saran
Kami selaku penulis makalah ini menyadari bahwa banyak
hal-hal yang kurang tepat dalam penyusunan makalah ini, baik dalam cara
penulisan maupun perbendaharaan kata yang kurang tepat, kritik dan sarannya
sangat kami harapkan, demi terciptanya makalah yang lebih bak. Akhirnya kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, terkhusus bagi penulis
makalah ini, dan bagi teman-teman pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Usman, Surohim. 2005. Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Safiria Insania Press.
Hadi, Nur. 2002. Pendekatan Kontekstual, Jakarta:
Depdiknas, Dirdikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar,
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nata, Abuddin.1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.
Proyugao.1988. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Purwanto, Ngalim.2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya
Yustisia,
Tim Pustaka. 2007. Panduan Lengkap KTSP, Yogyakarta :
Pustaka Yustisia.
http://sunartombs.wordpress.com/2010/01/02/contextual-teaching-and-learning-ctl.
[4]Usman Abu Bakar, Surohim, Fungsi Ganda Lembaga
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2005), hlm. 1
[6]Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi
dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 41
[7]Nurhadi, Pendekatan
Kontekstual, (Jakarta: Depdiknas, Dirdikdasmen, Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama, 2002), hlm. 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar